TERTANDA,
KERTAS YANG TERLIPAT
Demi
kertas yang diaduk-aduk dibuat bentuk,
Demi
kertas yang dicoret lalu jatuh terseret,
Demi
kertas yang ditinggalkan di pojok ruang kelas,
Demi
kertas terlipat yang tak diingat,
Ceritakanlah ini kepada siapa pun.
Telah terdengar oleh si Kertas bahwa yang terbaik
adalah yang bermanfaat
Maka pada hari pertama Ia dikeluarkan, terbayang
padanya
Rentetan huruf kecil yang dibaca anak-anak
berseragam
Tertulis, jelas dan tegas di tiap lembarnya
Maka Ia menutup matanya, bersiap digelitik pena.
Tapi tangan berminyak itu membentuk, men-stapler dan menumpuknya!
Lihatlah kini si Kertas telah terlipat, Ia berganti
nama : bungkus gorengan
Mengantri dalam tumpukan, menunggu pelanggan membeli
cireng dan bakwan
Setelah diisi, diaduk, digulung untuk menyeka minyak
pada tangan
Si Kertas dilempar ke tong sampah pinggir jalan
Bersama gelas plastik, puntung rokok dan bau busuk
kulit durian.
Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat yang sabar menunggu saatnya dilemparkan
Tertanda,
kertas yang diaduk-aduk dibuat bentuk.
Si kertas menempel di tembok, ditusuk sebiji paku payung
berkarat
Berisi daftar hutang, dengan coretan penuh, lusuh dan sobek
separuh
Suatu hari Ia dibawa ke pasar, dibawa memukuli seorang
pedagang.
Seorang pedagang sayur terkapar, darahnya mengental lalu
dibuang tengah malam.
Masih penuh dengan coretan, si Kertas tergeletak di pasar
dekat selokan.
Saat hujan Ia terseret air selokan, bagiannya yang tinggal
separuh berserakan.
Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat yang dipenuhi coretan lalu dihanyutkan
Tertanda,
kertas yang dicoret lalu jatuh diseret-seret.
Si Kertas saksi suara perut seorang yang duduk
pagi-pagi
Di sebuah ruang kelas, didepan dosen yang (pura-pura)
didengarkan,
Akhirnya : di tangan seorang muda berkemeja,seorang
mahasiswa!
Seorang kurus dengan dahi bergaris, tipis-tipis.
Gemetaran tangan itu menulis huruf kecil satu
kalimat, lalu berhenti
Tintanya habis, tulisannya tipis tak nampak garis
Dituliskannya lagi perhitungan taruhan pertandingan
bola malam tadi.
Jam kuliah selesai dan kertas itu ditinggalkan.
Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat yang dikira catatan padahal taruhan
Tertanda,
kertas yang ditinggalkan di pojok ruang kelas.
Ketiga
kertas teringat dongeng yang diceritakan Kakek para kertas :
Bahwa
dahulu kala, mereka adalah sebuah pohon yang tinggi lagi kuat
Berdiri
kokoh di pinggir hutan, berkawan aneka hewan dan tumbuhan
Bahasa
angin, air, tanah, juga hewan dan tumbuhan yang mereka gunakan
Bukan
pena, mesin pencetak, apalagi gunting dan lem perekat
Si
pohon bekerja keras,
Menggunakan
karbondioksida untuk menghasilkan
oksigen dan karbohidrat.
Menghasilkan
begitu banyak hanya dengan upah sedikit air dan matahari
Tapi
lalu lebih dibutuhkannya Ia dalam keadaan mati
Dipaksanya
Ia berhenti oleh kebutuhan (keserakahan) yang meraksasa
Telah
dilihatnya hewan dan tumbuhan pergi, beberapa bahkan mati.
Lalu
teriring suara jangkrik terakhir, Ia berhenti.
Mati berarti berhenti
Selama ini si Pohon
bekerja keras,dengan upah sedikit sekali
Seperti telah dilepas
tali yang menjerat leher kami,
Yang dilakukan justru memindahkan
tali itu dan mengikatnya dalam hati
Yang terbaik memang
yang paling bermanfaat
Dan yang baik selalu
menang, sementara yang terbaik hanya dikenang
Inilah kami, si Kertas yang betapa ingin
membangkitkanmu yang tergeletak
Tertanda,
Kertas terlipat yang tak diingat.
Durrotun
Ekha An Nuur,
dalam Penulisan Puisi PEKSIMITAS
Juara II
#Pekansenimahasiswauniversitas
#PeksimitasUnsoed
#PeksimitasUniversitasJenderalSoedirman
#Lombamenulispuisi
#PeksimitasUnsoed2016
#Contohpuisipeksimitasunsoed2016
#menulispuisi2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar