ruangotun

Since I can't sing, here I write

LightBlog

Breaking

Kamis, 15 Februari 2018

#POE: PEKSIMITAS/UNSOED/2016(?)


TERTANDA, KERTAS YANG TERLIPAT

Demi kertas yang diaduk-aduk dibuat bentuk,
Demi kertas yang dicoret lalu jatuh terseret,
Demi kertas yang ditinggalkan di pojok ruang kelas,
Demi kertas terlipat yang tak diingat,
Ceritakanlah ini kepada siapa pun.

Telah terdengar oleh si Kertas bahwa yang terbaik adalah yang bermanfaat

Maka pada hari pertama Ia dikeluarkan, terbayang padanya
Rentetan huruf kecil yang dibaca anak-anak berseragam
Tertulis, jelas dan tegas di tiap lembarnya
Maka Ia menutup matanya, bersiap digelitik pena.
Tapi tangan berminyak itu membentuk, men-stapler dan menumpuknya!
Lihatlah kini si Kertas telah terlipat, Ia berganti nama : bungkus gorengan
Mengantri dalam tumpukan, menunggu pelanggan membeli cireng dan bakwan
Setelah diisi, diaduk, digulung untuk menyeka minyak pada tangan
Si Kertas dilempar ke tong sampah pinggir jalan
Bersama gelas plastik, puntung rokok dan bau busuk kulit durian.

Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat  yang sabar menunggu saatnya dilemparkan
Tertanda, kertas yang diaduk-aduk dibuat bentuk.

Si kertas menempel di tembok, ditusuk sebiji paku payung berkarat
Berisi daftar hutang, dengan coretan penuh, lusuh dan sobek separuh
Suatu hari Ia dibawa ke pasar, dibawa memukuli seorang pedagang.
Seorang pedagang sayur terkapar, darahnya mengental lalu dibuang tengah malam.
Masih penuh dengan coretan, si Kertas tergeletak di pasar dekat selokan.
Saat hujan Ia terseret air selokan, bagiannya yang tinggal separuh berserakan.

Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat  yang dipenuhi coretan lalu dihanyutkan
Tertanda, kertas yang dicoret lalu jatuh diseret-seret.

Si Kertas saksi suara perut seorang yang duduk pagi-pagi
Di sebuah ruang kelas, didepan dosen yang (pura-pura) didengarkan,
Akhirnya : di tangan seorang muda berkemeja,seorang mahasiswa!
Seorang kurus dengan dahi bergaris, tipis-tipis.
Gemetaran tangan itu menulis huruf kecil satu kalimat, lalu berhenti
Tintanya habis, tulisannya tipis tak nampak garis
Dituliskannya lagi perhitungan taruhan pertandingan bola malam tadi.
Jam kuliah selesai dan kertas itu ditinggalkan.

Ini Aku, si Kertas tak bermanfaat  yang dikira catatan padahal taruhan
Tertanda, kertas yang ditinggalkan di pojok ruang kelas.

Ketiga kertas teringat dongeng yang diceritakan Kakek para kertas :
Bahwa dahulu kala, mereka adalah sebuah pohon yang tinggi lagi kuat
Berdiri kokoh di pinggir hutan, berkawan aneka hewan dan tumbuhan
Bahasa angin, air, tanah, juga hewan dan tumbuhan yang mereka gunakan
Bukan pena, mesin pencetak, apalagi gunting dan lem perekat
Si pohon bekerja keras,
Menggunakan  karbondioksida untuk menghasilkan oksigen dan karbohidrat.
Menghasilkan begitu banyak hanya dengan upah sedikit air dan matahari
Tapi lalu lebih dibutuhkannya Ia dalam keadaan mati
Dipaksanya Ia berhenti oleh kebutuhan (keserakahan) yang meraksasa
Telah dilihatnya hewan dan tumbuhan pergi, beberapa bahkan mati.
Lalu teriring suara jangkrik terakhir, Ia berhenti.

Mati berarti berhenti
Selama ini si Pohon bekerja keras,dengan upah sedikit sekali
Seperti telah dilepas tali yang menjerat leher kami,
Yang dilakukan justru memindahkan tali itu dan mengikatnya dalam hati
Yang terbaik memang yang paling bermanfaat
Dan yang baik selalu menang, sementara yang terbaik hanya dikenang

Inilah kami, si Kertas yang betapa ingin membangkitkanmu yang tergeletak
Tertanda, Kertas terlipat yang tak diingat.


Durrotun Ekha An Nuur,
dalam Penulisan Puisi PEKSIMITAS
Juara II

#Pekansenimahasiswauniversitas
#PeksimitasUnsoed
#PeksimitasUniversitasJenderalSoedirman
#Lombamenulispuisi
#PeksimitasUnsoed2016
#Contohpuisipeksimitasunsoed2016
#menulispuisi2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar