Kajian
Geofagi Indonesia dalam Tinjauan Perspektif Islam, Sosiokultural dan Etika Kesehatan
(Studi terhadap Ampo)
Study of Indonesia Geophagy in The View of Islam’s Perspective and Health
Ethics
(Study on Ampo)
Ani Septiani1, Durrotun Ekha
An Nuur1
Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto
ABSTRACT
Ampo is a kind of food from soil that consumed by Indonesia people especially in Java island for daily
consumption to custom ritual. Ampo consumption categorized as geophagy. It
means consume soil activity. Indonesia people believe that Ampo beneficial for
health. Study reported that any geophagy can effect to abdominal swelling,
gland atrophy, and other disorders that are considered less useful to do in the
Islamic view. Data available on the health impact of Ampo consumption have not
been able to provide enough information on the law of geophagy in Indonesia considering
there are different types of soil consumed. Geophagy as a tradition society has
not been studied extensively from an Islamic and health perspective. This paper
aims to examine geophagy phenomenon in Indonesia from the perspective of Islam,
sociocultural and health ethics. The method used descriptive analysis by
identifying fact-based problems and data analyzed based on library and
supporting data. The study showed that concerning health Ampo does not contain
heavy metals that are harmful to the body. Consuming Ampo in Indonesia backed
by socio-economic elements and custom rituals. Islam considers the culture of
consuming Ampo as something that is allowed as long as it has more significant
benefits compared to its health and social harmless. The safety of the Ampo as
food is returned to the type of soil that is used, especially the substantial
metal content which is at risk of causing health problems. Processing is also
essential to eliminate soil-borne infectious parasites. Ampo as a local wisdom needs
to be preserved by remaining based on Islamic values.
Keywords: Geophagy, Islam, Medical, Ampo
ABSTRAK
Ampo merupakan
makanan dari tanah yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa untuk
konsumsi sehari-hari hingga ritual adat. Konsumsi ampo dikategorikan sebagai geophagy
yang berarti kegiatan mengkonsumsi tanah secara sadar. Masyarakat di Indonesia
mempercayai bahwa ampo bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Studi menunjukan
terdapat geophagy yang dilaporkan menyebabkan pembengkakan perut, atrophy
kelenjar kelamin, dan gangguan lainnya sehingga dinilai kurang baik untuk
dilakukan dalam pandangan islam. Data tersedia mengenai dampak kesehatan
konsumsi ampo belum mampu memberikan cukup informasi terhadap hukum geophagy di
Indonesia mengingat terdapat perbedaan
jenis tanah yang dikonsumsi. Geophagy sebagai sebuah tradisi di masyarakat
belum dipelajari secara luas dari perspektif islam dan kesehatan. Penulisan
karya tulis ini bertujuan untuk mengkaji fenomena geophagy di Indonesia dari
perspektif islam,sosiokultur dan etika kesehatan. Metode penulisan menggunakan analisis deskriptif
dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang dianalisis
berdasarkan pustaka dan data pendukung. Kajian menunjukkan dari segi kesehatan
ampo tidak mengandung logam berat yang berbahaya bagi tubuh.Budaya
mengkonsumsi ampo di Indonesia dilatarbelakangi oleh unsur sosial-ekonomi dan
ritual adat. Islam memandang budaya mengkonsumsi ampo sebagai sesuatu yang
diperbolehkan selama memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
mudharatnya dari segi kesehatan maupun sosial. Keamanan ampo sebagai bahan pangan
dikembalikan kepada jenis tanah yang digunakan terutama kandungan logam berat yang beresiko
menimbulkan gangguan kesehatan. Proses pengolahan
juga penting untuk mengeliminasi soil-borne
infectious parasites. Ampo sebagai local wisdom perlu dilestarikan dengan tetap berdasar pada nilai-nilai
islam.
Kata
kunci
: Geofagi, Islam, medis, ampo
Dipresentasikan pada
CALL FOR PAPER NASIONAL ADIWIDYA 5 2017
Prosiding CD ISSN LIPI
Prosiding CD ISSN LIPI
“Innovation
In Halal Industry Toward Indonesia As The World Halal Lifestyle Center”
Bandung, 31 Oktober
2017
*(Edisi belum direvisi, semoga (tetap) bermanfaat. Still, always miss Bandung)
*(Edisi belum direvisi, semoga (tetap) bermanfaat. Still, always miss Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar